Rabu, 08 Februari 2012

bad religion

Bad Religion adalah sebuah band beraliran punk yang dibentuk pada tahun 1979 di Southern California. Para personilnya yang cukup berpendidikan berhasil membuat band ini menjadi sebuah fenomena yang cukup berpengaruh dengan memainkan lagu-lagu beraliran punk dengan beat khas punck rock yang cepat namun melodius dengan lirik-lirik kritis yang berkisar masalah-masalah sosial, politik dan agama. Struktur kalimat-kalimat dalam lyric yang variatif dan elaboratif dipadukan dengan gaya bahasa yang puitis dan vocabulary yang bahkan memaksa orang Amerika sendiri untuk membuka kamus, membuat band ini unik dan cepat memperoleh simpatisan yang cukup banyak ketika mereka mengeluarkan album pertama mereka pada 1981 di daerah Southern California. Band ini beranggotakan Greg Graffin, vocal , Jay Bentley, Bas/backing vocal , Jay Ziskrout, drums , and Brett Gurewitz, guitar/backing vocals atau lebih dikenal sebagai Mr.Brett. Setelah peluncuran EP pertama dengan label Epitaph Records milik Mr.Brett yang juga merangkap sebagai manager band, pada tahun 1982, band yang baru menyelesaikan sekolah setingkat SMU ini meluncurkan album full berjudul "How Could Hell Any Worse?". Namun, di tengah pengerjaan album ini, Jay Ziskrout mengundurkan diri dari band dan posisinya digantikan oleh Peter Finestone.
Greg Graffin, frontman dari band ini menyandang gelar Master di bidang geologi dari UCLA dan meraih gelar Ph.D dalam bidang zoology dari Cornell University. Disertasi Greg Graffin untuk Cornell University adalah sebuah studi komprehensif tentang ilmu pengetahuan yang dititikberatkan pada teori Darwin yang kontroversial karena berkaitan dengan masalah ketuhanan dan agama dan bagaimana teori tersebut memengaruhi cara berpikir pada seseorang. Disertasi ini dipublikasikan dan didedikasikan untuk para fans Bad Religion

 ALBUM

Pada tahun 1983, band meluncurkan album "Into The Unknown", sebuah album yang pada awalnya tidak begitu populer dan tidak begitu disukai oleh para penggemarnya. Karena dalam album ini , band dianggap terlalu jauh mengeksplorasi musiknya hingga album ini dinilai terlalu eksperimental karena menggunakan keyboard terlalu dominan. Bahkan para pengamat musik mengatakan bahwa band ini tidak terkategorikan sebagai musik punk lagi, tapi psychedelic rock. Pada saat itu, album ini tidak menghasilkan apa-apa selain kritik dari para fans. Tapi sekarang, album ini mulai dicari oleh para kolektor album Bad Religion. Album ini banyak dibajak karena jumlahnya yang sedikit. Pada tahun 1984, Greg Hetson dari Circle Jerks masuk dan menggantikan posisi Mr.Brett. Bad Religion pun merilis EP dengan judul "Back To The Known". Dengan beat lagu yang semakin lambat, band kehilangan jati diri mereka dan band ini sempat vakum jika tidak disebut bubar.
Pada tahun 1986, band bersatu kembali dan meluncurkan album "Suffer" dan mereka kembali dalam format band punk seperti sebelumnya. Album inilah yang menjadi titik balik kebangkitan band ini. Album ini dinilai sebagai album terbaik oleh majalah maximum rock'n roll karena seolah mengingatkan para fans pada Bad Religion di awal-awal pembentukannya yang memainkan lagu-lagu dengan beat cepat, distorsi yang menghentak dan lirik yang keras disertai vokal yang melodius. Album ini sekaligus menjadi pemicu berkembangnya budaya dan sub kultur punk di Southern California karena album ini akhirnya menjadi genre wajib yang diikuti oleh hampir semua band punk dari Southern California, misalnya : Rancid, The Offspring, dan lain-lain.
Album "No Control" yang dirilis pada tahun 1989 dan "Against The Grain" tahun 1990 dan diikuti album "Generator" pada tahun 1992 juga mendapat predikat album rock terbaik dan semakin mendongkrak popularitas band ini, khususnya di Amerika bagian timur/east coast (New York, Washington, etc). Sebelum album "Generator" selesai dirilis, tahun 1991, Peter Finestone mengundurkan diri untuk lebih memfokuskan diri pada band-nya yang lain, The Fishermen, dan posisinya digantikan oleh Bobby Schayer.
Dengan gaya dan aransemen musik yang semakin matang dan menentang trend aliran musik heavy metal dan progressive rock saat itu, Bad Religion hengkang dari Epitaph Records dan bergabung dengan Atlantic Records dan tak lama setelah itu mereka segera merilis album full mereka yang ketujuh, "Recipe For Hate" pada pertengahan tahun 1993 yang sebenarnya lebih merupakan penjualan hak rilis album itu oleh Epitaph Records kepada Atlantic Records. Pada tahun 1994, "Stranger Than Fiction" dirilis, tapi Mr.Brett segera mengundurkan diri saat album itu selesai. Mr.Brett memutuskan untuk mengundurkan diri karena disibukkan oleh The Offspring yang saat itu mengukir sejarah sebagai band dengan penjualan kaset terbanyak di dunia musik underground dan direkomendasikan untuk masuk ke dalam major label oleh Mr.Brett. Namun. konon perginya Mr. Brett dari Bad Religion lebih disebabkan oleh ketidakcocokan dan pertengkaran yang hebat dengan basist Jay Bentley. Bahkan, Mr. Brett membentuk band baru yang salah satu lagunya "Hate You" didedikasikan pada Jay untuk menumpahkan kebenciannya. Banyak fans setia Bad Religion yang menyesali hengkangnya Mr. Brett, yang berdua dengan Gregg Graffin, dipandang sebagai penulis lirik punk rock yang sangat berbakat, kalau tidak bisa dibilang terbaik di dunia dalam genre-nya.
Mr. Brett pun kemudian fokus untuk membesarkan perusahaan rekamannya Epitaph yang akhirnya sekarang menjadi perusahaan label indie terbesar di dunia yang menjadi rumah bagi mayoritas band-band punk rock, hardcore, serta band-band rap dan hip-hop yang penuh bakat. Band-band besar yang dibesarkan oleh Epitaph antara lain Rancid, NOFX, Offspring, Descendent, dan Millencolin. Sementara band-band baru yang penuh bakat di antaranya Sage Francis (rap hip-hop) dan The Higher (pop rock).
Sepeninggal Mr. Brett, Bad Religion terus berkarya dimotori oleh Gregg Graffin seorang. Band merekrut gitaris baru yang tak kalah legendaris dalam dunia punk rock sebagai pengganti Mr Brett, yaitu Brian Baker (pernah bergabung dengan band punk legendaris "Minor Threat"). Album "The Gray Race" (1996), album pertama band ini tanpa Mr. Brett, berhasil menghapus kekhawatiran para penggemar bahwa musik Bad Religion akan kehilangan kualitas. Album tersebut benar-benar tetap setia pada citra band yang cepat, menghentak, dengan vokal penuh melodi serta lyric yang kritis. Graffin menulis sendiri semua lyric dan nada semua alat instrumen dalam lagu tersebut, dibantu dengan beberapa aransemen gitar dari Baker. Namun pada album-album berikutnya, Graffin tampak kehilangan sentuhannya. "No Substance" (1998) dipandang sebagai album terburuk oleh mayoritas fans Bad Religion. Padahal dalam album tersebut Graffin berusaha melibatkan anggota band lainnya dalam penulisan lagu. Tampak sekali bahwa tanpa Mr. Brett, Graffin kehilangan seorang "soul mate" yang bisa saling mendukung dan berkompetisi, dalam arti positif, untuk membuat lagi lagu-lagu punk rock yang bisa disandingkan sejajar dengan lagu-lagu legendaris khas Bad Religion sebelumnya seperti, "Do What You Want" (Album Suffer, 1988), "Along the way" (Back to the Known, 1984), dan "American Jesus" (Recipe for Hate, 1993).
Dalam meluncurkan album ketiganya "The New America" (2000} untuk Atlantic Records, Graffin mulai mendekati kembali Mr. Brett. Dan Mr. Brett bersedia berkolaborasi dengan Graffin untuk menulis lagu berjudul "Believe it" dalam album tersebut. Mr. Brett juga memainkan melodi gitar untuk lagu itu. Album tersebut merupakan sejarah bagi Bad Religion dan fansnya karena menandakan reunifikasi kembali Mr. Brett dengan Bad Religion, band yang ia dirikan bersama dengan Gregg Graffin dan Jay Bentley. Selama pembuatan album, secara alami muncul keinginan dalam diri Graffin untuk mengundang Mr. Brett bergabung kembali. Semua anggota band lain mendukung dan ketika undangan disuarakan, Mr Brett dengan mantap mengiyakan, dengan syarat Bad Religion harus kembali ke label Epitaph, perusahaan yang pada awalnya didirikan untuk memproduksi dan mendistribusikan album-album Bad Religion. Syarat tersebut tidak sulit dipenuhi karena masa kontrak dengan Atlantic Records sudah akan berakhir dan memang Bad Religion yang dimotori Graffin juga sangat ingin kembali ke Epitaph Records. Fans band tersebut di seluruh dunia sangat gembira dan bersemangat menunggu prospek bersatunya kembali dua penulis lagu punk rock terbaik di dunia, Mr. Brett dan Gregg Graffin serta label Epitaph dengan Bad Religion.
Album "The Process of Belief" (2002) merupakan album pertama Bad Religion untuk Epitaph. Band mempunyai drummer baru yang muda dan berbakat yakni Brooks Wackerman (pernah tergabung dengan Suicidal Tendencies). Bobby Schayer meninggalkan band karena alasan cedera punggung. Namun, dia kecewa karena merasa tidak diberi cukup kesempatan untuk pemulihan. Dengan bergabungnya Wackerman, beat musik Bad Religion lebih cepat dan bertenaga. Energi baru tersebut melengkapi bergabungnya sumber energi utama band yaitu Mr. Brett dan Graffin. Album mereka disambut baik oleh fans dan kritikus. Bad Religion tidak terlena dengan pujian atau lekang oleh usia. Kreasi terus bertumbuh melalui album "Empire Strike First" (2004) dan terakhir "New Maps off Hell" (2007).
Menginjak 27 tahun eksistensinya Bad Religion tetap loyal dan setia pada akar musik yang mereka bentuk dan pada harapan yang tersirat dalam lyric mereka di tengah dunia yang penuh pesimism. Dunia yang diwarnai fanatisme agama, perang, kekerdilan aparat pemerintah, dan mental remaja yang rusak oleh kapitalisme. Bad Religion sejak awal merupakan suara lantang yang memecahkan hiruk pikuk buram tersebut. Suara yang dibagi oleh banyak orang, bukan hanya penggemar punk rock. Itulah yang membuat band ini terus eksis dan melegenda.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bad_Religion


video



Rabu, 01 Februari 2012

Indonesia’s Punk, Just Not Young by rudolf dethu ( terjemahann )



Punk di Indonesia, Baru Tidak Muda18 Januari 2012Tentang Aku, Musik & Seni
Apa itu punk rock? Apakah berwarna, rambut runcing yang diselenggarakan oleh lem? Apakah itu 'n' roll abrasif tiga chord batu dimainkan dengan kecepatan sangat tinggi? Apakah celana kulit, hidung ditindik dan kebisingan sumbang atas marah, sosial lirik sadar? Atau apakah itu sesuatu yang jauh lebih, simbol dari sebuah kerangka pikiran yang mandiri yang melampaui semua stereotip?
Reputasi buruk punk rock bukanlah hal baru. Bahkan setengah abad setelah kelahiran budaya, rocker punk masih menghadapi rentetan persepsi negatif dari orang-orang yang ideologi gerakan ini telah mencerca terhadap selama beberapa dekade.
Hal ini mungkin ini kepatuhan melengking untuk gambar dan ideologi yang mendapat punk rockers 65 di Banda Aceh ditangkap untuk penampilan ortodoks mereka. Insiden itu mengingatkan persis mengapa punk awalnya muncul: untuk membebaskan dunia dari gagasan kuno dan kecurigaan dari sesuatu yang berbeda.
Banyak "senior" punk (mereka tidak "tua," hanya "lebih tua") telah menghabiskan bagian yang lebih baik dari kehidupan mereka dalam berbagai bentuk eksistensi punk rock, tetapi sejak pindah ke kehidupan yang tampaknya lebih konvensional. Tidak ada yang konvensional, bagaimanapun, tentang cita-cita mereka hidup dengan. Kesadaran sosial dan spiritual independen, "lebih tua" generasi punk rocker hidup sampai pepatah dari "sekali punk punk, selalu."
Rudolf Dethu menghabiskan lebih dari 10 tahun mengelola Bali sukses band punk Superman Is Dead, dengan merek atas api pop-punk. Sepanjang jalan, ia bekerja untuk mendapatkan band untuk merilis beberapa album dengan berbagai label independen dan besar, diatur konser di luar negeri dan mencoba untuk mendorong penggemar band untuk menjadi mental independen dalam budaya yang menghambat pemikiran semacam itu.

Dethu adalah di pertengahan 30-an ketika dia berjalan menjauh dari pekerjaannya mengelola band dan kini memimpin hidup sederhana bersama istri dan anak. Dia bekerja secara independen di bidang pendidikan dan seni, dan telah tinggal di negara-negara termasuk China dan Australia.
"Saya cukup terlibat dengan pendidikan, menjalankan yayasan musik, mengorganisir festival untuk merayakan kreativitas, menulis dan umumnya berjalan di bidang ide, melalui konsep-konsep," katanya. "Aku pada dasarnya mencoba untuk [membantu orang lain dalam] melanggar dari penjara pikiran."
44-tahun jatuh cinta dengan punk rock selama tahun SMA-nya di awal '80-an. Rentetan album kompilasi tidak resmi yang dirilis secara lokal pada saat itu memperkenalkan Dethu muda untuk punk rock andalan seperti Sex Pistols, Para Orang Suci, The Dead Boys dan The Damned, di antara banyak lainnya.
"Ini dimulai dengan perasaan yang menyertainya menjadi dingin, tetapi berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih serius karena etos perlawanan yang, berperang melawan mainstream, menyangkal kesesuaian, menjadi liberal dan individu macam, menjadi mandiri dan belajar untuk mengatakan 'tidak , '"katanya.
Punk, Dethu mengatakan, berbicara padanya karena segala sesuatu yang mencerca terhadap kebudayaan Indonesia. Ini adalah ajakan kemerdekaan lengkap dan mengucapkan.
"Punk merupakan kontradiksi lengkap dari budaya ini yang mengajarkan penyerahan ke mayoritas arti selalu mengatakan 'ya' untuk menjaga perdamaian konsensus dan komunalisme," jelas Dethu / budaya Indonesia dari "gotong royong" ("kerja sama"), ia menambahkan, sering mengarah ke tradisi pengikut dimanipulasi "seperti kambing tuli."
Mohammad Rino Akbar, yang telah mendedikasikan lebih dari 10 tahun hidupnya sebagai frontman dari hard-core punk Jakarta Saudara Generasi bertindak Rage, atau RGB, adalah punk tua-sekolah tanpa rencana shedding kulit yang suka memberontak. Dia awalnya mendengarkan logam berat, dan mengingat punk rock saat menangkapnya.
"Saya jatuh cinta dengan punk melalui 'catatan' Sex Pistols Kiss ini, Pasukan 'itu sudah Exploited' Tomorrow 'dan Ramones' 'Mondo Bizarro,' suatu" katanya dari album yang pertama menarik perhatiannya.
Rino, karena ia lebih suka dipanggil, mempelajari budaya punk galak, dan memutuskan pada tahun 1996 bahwa ia ingin membentuk band sendiri, "yang masih ada hari ini."
"Punk adalah sebuah budaya. Sedangkan Logam hanyalah genre," katanya. Kelangsungan hidup keuangan tahun 36-Rino tergantung pada cita-cita independen. Dia menjual ramah anggaran alat musik dan berbagai fashion item seperti sepatu, hoodies dan kemeja garis pakaian sendiri independen menghasilkan. Dia juga impor barang-barang bermerek musik lainnya.
William Kusumadi, yang di akhir 30-an, adalah lain kipas punk berdedikasi yang menghabiskan masa mudanya sebagai fixture pada scene punk lokal. Melanjutkan Nya meliputi segala sesuatu dari seorang roadie, manajer dan promotor untuk band-band punk dari 90-an, serta tindakan yang masih ada saat ini.
Seperti Dethu dan Rino, Willy jatuh punk melalui Sex Pistols, dan segera menemukan dirinya terobsesi dengan post-punk band dengan citra yang lebih gelap, seperti Joy Division dan The Birthday Party.
"Punk berbicara kepada saya mungkin sekitar tahun awal saya sekolah tinggi, setelah kakek saya meninggal. Aku agak pemberontak tanpa sebab kemudian," jelas Willy. Untuk hidup dari penderitaan-Nya, Willy mulai menulis tentang musik dan film untuk majalah, dan menjabat sebagai produser musik untuk stasiun radio yang berbeda.
Seperti banyak dari generasi yang lebih tua dari punk, bagaimanapun, Dethu, Rino dan Willy segera tumbuh kecewa dengan bagaimana ideologi punk yang disalahartikan oleh generasi baru, yang memahami etika punk rock adalah sebagai otoriter dan kaku karena apa yang awalnya berangkat untuk melawan .
"Ketika memainkan konser Green Day di Jakarta [tahun 1996], awalnya saya terkesan bahwa punk rock gaya penggemar musik lokal telah mengadopsi dengan, mereka Mohawks dihiasi pin-shirt, kuku mana-mana dan kalung gembok itu mungkin di negeri ini aturan, "kata Dethu.
Tapi antusiasme awal dengan cepat mereda setelah ia belajar bagaimana punk scene underground batu dioperasikan. Ada kemunduran cita-cita independen yang subkultur punk lainnya di seluruh dunia juga mengalami.
"Saya mulai melihat tekanan teman sebaya yang terjadi dalam adegan oleh pihak berwenang diri dari apa yang ditagih dan tidak diperbolehkan dalam dunia punk rock dan musik underground," katanya. "Kalau anak-anak muda hanya mencoba untuk mencari tahu identitas mereka, yang seharusnya diterima. Tapi punk rock di sini menjadi sesuatu seperti agama yang terorganisasi, di mana ada ulama yang memiliki kewenangan untuk menyatakan suatu fatwa tak diragukan lagi dan memiliki hak veto mutlak. "
Dethu pengalaman itu adalah tangan-on. Sebagai manajer sebuah band punk yang sukses secara komersial batu, ia dan band menghadapi tantangan dan tuduhan "menjual" dari orang-orang puritan. Mereka akan bertemu "polisi punk rock" yang akan bertindak, menurut Dethu, seperti "polisi Syariah, berusaha untuk menegakkan peraturan semacam apa yang diterima atau tidak dalam adegan."
Dethu dan band mencemooh peraturan tersebut. "Peraturan ada hal seperti itu di punk rock.? Apakah kita tidak lelah menjadi kekuatan-makan aturan dari hari kita dilahirkan? Terikat oleh hukum, dimarahi oleh orang tua, didikte di sekolah, menatap oleh polisi, dilarang melakukan sesuatu oleh agama, dibelenggu norma-norma masyarakat? Dan sekarang ada polisi punk rock? " Dethu kata.
Rino berbicara tentang "Posers" punk rock tanpa vitriol apapun, mengatakan bahwa kipas setiap dimulai sebagai salah satu, tapi akhirnya mengembangkan karakter nya punk sendiri. "Itu terserah kepada kita untuk menyingkirkan tag yang dengan mencoba untuk 'upgrade' pengetahuan kita dan memahami akar punk. Ini tentang seberapa jauh Anda bersedia untuk berkembang," katanya, menambahkan bahwa selama sebagai "garis keras tetap di sisi mereka, dan aku di tambang, maka itu baik Variasi adalah lebih baik daripada pasif.. "
Bagi banyak, scene punk lokal batu kehilangan kredibilitasnya setelah mulai mencoba untuk mengatur salah satu ideologi yang paling kontroversial.
Konsep ini disebut "straight edge," yang didasarkan pada sebuah lagu oleh hard-core punk band Threat Kecil dan menjadi satu set yang ketat pedoman untuk hidup kehidupan seseorang.
Edgers langsung menahan diri dari minum, merokok dan menggunakan narkoba. Lebih dari beberapa pengikut juga menjauhkan diri dari seks bebas, mengikuti gaya hidup vegan yang ketat, tidak minum kafein dan bahkan menjauh dari obat resep.
"Untuk melakukan hal-hal adalah pilihan pribadi," kata Dethu. "Tapi untuk mengikutinya secara membabi buta ini lucu, karena kita pada dasarnya adalah negara yang lurus sudah Di Amerika, lurus bermata berarti akan melawan norma-norma, tapi di sini pada dasarnya menjadi bagian dari mainstream,. Itu adalah kesalahpahaman lengkap cita-cita rock yang paling dasar punk. "
Dan itu mungkin saja perbedaan antara bajingan yang akhirnya "tumbuh" dan tumbuh keluar dari punk, dan mereka yang terus membawa obor. Satu mencoba untuk berlari lebih cepat dari aturan dengan jatuh kembali ke dalam mereka, sementara yang lain mengelola untuk mengambil etos punk ke jantung, tanpa menyebutnya sesuatu yang lebih dari kebebasan tanpa batas.
Kata Dethu, "Aku membawa punk sepanjang hari saya Ini bagaimana saya melarikan diri dari belenggu dan kehidupan dan tetap makhluk independen.."